Pengolahan Limbah Secara Biologis
2.1
Air
Limbah
Menurut Mara (1975), air limbah adalah
buangan dari suatu lingkungan masyarakat dimana bahan ini dapat seluruhnya
berasal dari rumah tangga atau dapat juga mengandung air buangan dari industri
atau pertanian. Sedangkan menurut Metcalf and Eddy (1991), air limbah adalah
campuran dari berbagai cairan dan sampah-sampah yang berasal dari perumahan,
institusi, tempat-tempat komersil dan industri yang digabung dengan air
tanah,air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
Sedangkan
menurut ( Ehler and Stell, 1975 dalam Hakiki, 2004), air limbah adalah
cairan yang dibawa atau dialirkan oleh saluran air limbah, sehingga secara umum
dapat dikemukakan bahwa air limbah yaitu cairan yang berasal dari rumah tangga,
industri, instalasi dan tempat lainnya dan biasanya mengandung zat-zat yang
membahayakan kehidupan dan mengganggu kelestarian hidup.
Limbah
cair dapat dibedakan berdasarkan sumbernya. Dimana sumber limbah cair ada yang
bersumber dari domestik yang mana sumber ini biasanya berasal dari permukiman
dan tempat umum. Bersumber dari industri dimana berasal dari industri –
industri dan bersumber dari rembesan yang berasal dari aliran air hujan
(Metclaf & Eddy, 1991).
Air limbah industri adalah air limbah
yang sebagian besar terdiri atas buangan atau limbah hasil dari proses
industri. Komponen yang terkandung dalam dalam limbah industri biasanya lebih
kompleks kandungannya dan bervariasi yaitu mengandung bahan organik dan
anorganik. Hal ini dipengaruhi karena tiap-tiap industri menggunakan bahan yang
berbeda-beda dalam proses produksinya. Sehingga tiap industri tersebut
memerlukan pemecahan tersendiri dalam mengolah limbahnya sehingga dapat di
buang ke badan air dengan aman.
Adapun baku mutu air limbah domestik
yang ditentukan oleh pemerintah, sesuai dengan keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup pada Tabel 2.2 dibawah ini:
Parameter
|
Satuan
|
Kadar Maksimum
|
pH
|
-
|
6-9
|
BOD
|
Mg/l
|
100
|
TSS
|
Mg/l
|
100
|
Minyak
dan Lemak
|
Mg/l
|
10
|
Tabel 2.1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 112 Tahun 2003
2.1.1
Karakteristik Limbah
A. Karakteristik Fisik
1.
Kandungan zat padat
Terdiri dari benda organik dan anorganik yang terlarut atau tercampur dimana
zat padat dapat mempengaruhi jumlah organik padat, garam, juga merupakan
petunjuk pencemaran.
2.
Kekeruhan
Penyebabnya
benda tersuspensi seperti limbah padat bahan organik, alga dan organisme. Hal
ini mempengaruhi pengurangan produksioksigen.
3.
Bau
Sumbernya
berasal dari pembusukan air limbah oleh bahan volatile, gas terlarut dan hasil
pembusukan bahan organik.
4.
Warna
Sumbernya
berasal dari buangan limbah industri serta benda terlarut.
5.
Temperatur
Penyebabnya
kondisi udara disekitarnya, air panas yang dibuang ke saluran. Hal ini
mempengaruhi kehidupan biologis kelarutan oksigen/gas.
B. Karakteristik Kimia
1.
Protein
Protein
adalah kandungan utama dari makhluk hidup, termasuk didalamnya tanaman dan
binatang bersel satu. Protein bias menyebabkan bau karena adanya proses
pembusukan.
1.
Karbohidrat
Karbohidrat
terdalam dalam gula, kanji, selulosa dan kayu yang kesemuanya dapat dijumpai
dalam air limbah.
2.
Lemak, minyak dan gemuk
Lemak
dan minyak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga banyak dijumpai
dalam air limbah.
3.
Deterjen atau surfektan
Bahan
dasar dari deterjen adalah minyak nabati atau minyak bumi.Di dalam air zat ini
menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada diatas permukaan
gelembung udara. Busa ini tahan tarhadap penguraian pada proses biologis.
4.
Fenol
Fenol
merupakan penyebab timbulnya rasa yang ada di dalam air.
5.
Konsentrasi pH
Air
limbah dengan konsentrasi yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis,
sehingga mengganggu proses penjernihannya.
6.
Klorida
Klorida dihasilkan dari rembesan
yang ada di dalam batuan dan tanah. Adanya klorida menunjukkan bahwa air
tersebut telah mengalami pencemaran.
7.
Sulfur
Sulfur
bisa menyebabkan karat pada pipa.
C. Karakteristik Biologi
1.
Binatang
Yang
termasuk binatang dalam air limbah adalah bertulang belakang, kerang-kerangan,
kutu dan larva.
2.
Tumbuhan
Yang
termasuk tumbuhan dalam air limbah adalah lumut dan pakis/paku.
3. Protista
Yang termasuk protista dalam air
limbah adalah bakteri, ganggang, jamur dan hewan bersel satu.
2.2
Pengolahan Limbah Cair
Berdasarkan proses
pengolahannya limbah cair dapat dibedakan menjadi menjadi
3 golongan, yaitu:
a)
Pengolahan secara fisik
Merupakan
proses pengolahan yang biasanya dilakukan dengan penyaringan, pemarutan,
penghilangan bahan butiran dan padatan tersuspensi organic. Unit pengolahannya
berupa sumur pengumpul,screen,mixer,bak pengendap dan filter.
Sifat
fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi
dan padatan , alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik,
bau dan temperatur.sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara
visual tetapi untuk mengetahui secara lebih pasti maka digunakan analisa
laboraturium.
b)
Pengolahan secara kimia
Merupakan
proses pengolahan dengan melakukan
penambahan bahan kimia, misalnya klor. Meliputi:
a.
Adsorpsi
b.
Presipitasi
c.
Gas transfer
d.
Desinfeksi
c)
Pengolahan secara
biologis
Merupakan
proses pengolahan melalui aktivitas mikroorganisme, misalnya bakteri dan ganggang. Pengolahan ini di
tujukan untuk menghilangkan bahan organik yang dapat didegradasi dalam air
buangan.
Pengolahan secara biologis dapat
dibedakan menurut pemakaian oksigennya, yaitu:
1.
Proses aerobik, yaitu
proses yang memerlukan oksigen,misalnya pada activated sludge, aerated lagoon,
aerobic digester dan tricling filter.
2.
Proses anaerobik, yaitu
proses yang tidak memerlukan oksigen, misalnya pada anaerobic digestion,
anaerobic filter dan anaerobic ponds.
3.
Proses fakultatif,
yaitu proses yang bisa berjalan dengan atau tanpa adanya oksigen, misalnya pada
fakultatif lagoon dan maturation ponds.
2.3 Pengolahan Limbah Cair
Secara Anaerobik
Pengolahan dengan proses anaerobik telah
lama digunakan untuk mengolah air buangan domestik maupun industri. Pada proses
ini bahan-bahan organik di ubah menjadi gas methane, yang dapat digunakan
sebagai sumber energi. Pada mulanya proses anaerobik digunakan pada pengolahan
lumpur tinja domestic, limbah pertanian dengan menggunakan septictank.
Perkembangan imu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah menciptakan
pengolahan secara anaerobik dengan laju yang lebih cepat baik baik secara attac
growth maupun suspended growth. Proses operasi demikian akan memperkecil
Hydrolic Retention Time (HRT) dengan beben COD yang besar. Kinerja ini terbukti
stabil dalam rentang beban organik, tahan terhadap perubahan debit yang masuk
dan karakteristik limbah (Marsono, 1996).
Proses pengolahan limbah secara
anaerobik merupakan metode yang efektif untuk mengolah berbagai limbah dengan
bahan organik yang tinggi. Pengolahan ini dilakukan oleh bakteri anaerobik
dalam keadaan tanpa oksigen dimana konversi material organik ke dalam hasil
akhir berupa biogas yang mengandung methan dan karbondioksida.
Mikroorganisme yang menguraikan kandungan organik didalam
proses anaerob dikelompok menjadi dua yaitu : Kelompok pertama menghidrolisis
dan fermentasi kandungan organik yang komplek menjadi organik sederhana yang
asam. Pada umumnya disebut dengan asam asetik dan asam propionik. Kelompok
mikroorganisme ini berada pada bakteri fakultatif dan anaerob, sama – sama
disebut dalam kondisi asam. Kelompok kedua merubah kondisi asam organik yang
berasal dari kelompok pertama menjadi gas methan dan gas karbon dioksida. Bakteri
yang sangat penting dalam kelompok ini yaitu menguraikan asam asetik dan asam
propionik. Mikroorganisme tersebut memiliki percepatan pertumbuhanan yang
lambat dan hasil dari metabolismenya dipertimbangkan biasanya kecepatannya
terbatas didalam pengolahan anarobik pada limbah organik. Limbah dikatakan
stabil bila telah melewati proses asam organik menjadi gas methan dan karbon
dioksida. Banyak kelompok lainnya pada bakteri fakultatif dan anaerobik
mempunyai kemampuan dalam mengurangai ion – ion yang ada dalam lumpur.
Desulfovibrio mampu
untuk mengurangi ion sulfat menjadi sulfida. Dan bakteri lainya mampu
mengurangi nitrat menjadi nitrogen. Terutama dalam proses pengolahan air limbah
dengan cara anaerob menstabilkan kandungan organik dan merubahnya menjadi
bentuk asam kebentuk mentan harus tetap dalam keseimbangan yang dinamik. Supaya
dapat terjadi keseimbangan reaktor harus tidak ada mengandung udara dan bebas
dari kandungan logam berat dan sulfida. Lingkungan airnya harus mengandung pH
6,6 – 7,6. Bila pH dibawah 6,2 maka pembentukan methan tidak terjadi. Untuk
hasil yang memuaskan, alkalinitas biasanya antara 1000 – 5000 mg/l dan asam
volatil kurang dari 250 mg/l. Kandungan nutrien supaya dapat lebih
diperhatikan, seperti nitrogen dan phospor harus selalu tersedia untuk
memastikan pertumbuhan bakteri yang baik. Temperatur yang perlu diperhatikan
diantara kisaran untuk mesophilik (85 – 100 °F) dan thermofilik(120 - 135°F). Metabolisme
pada bakteri dapat di bedakan menjadi heterotrophic atau autotrphic. Didalam
pengolahan air limbah biasanya heterophic sangat penting dalam kelompok karena
dibutuhkan untuk mencampur organik untuk sel karbon.
Persamaan
reaksi anaerobik :
Kandungan
organic +
kombinasi Anaerobik sel +
energi + CH4 + CO2
+ Produksi akhir oksigen mikroba baru
untuk sel
Sumber
dari kombinasi oksigen meliputu radikal dari CO3-2, SO4-2,
NO3-1 dan PO4-3. Produk akhirnya
berupa gas H2S, H2, dan N2.
Penguraian pada karbohidrat :
Karbohidrat Gula Alkohol aldelid Asam organik
Penguraian pada protein :
Proetein Asam amino Asam organik +NH3
Penguraian pada lemak dan minyak
binatang / tumbuhan :
Lemak dan
minyak Asam organik
Rekasi methana pada bakteri :
Asam
organik CH4 + CO2
Reaksi fermentasi methan
menghasilkan asam :
1.
Asam asetik
CH3COOH CH4+CO2
2.
Asam propionik
CH3CH2COOH+0,5H2O CH3COOH+0,25CO2+0,75CH4
CH3COOH CH4+CO2
CH3CH2COOH+0,5H2O 1,25CO2+1,75CH4
Tabel
2.2 : Kondisi optimum
untuk pengolahan air limbah secara anaerob
Temperatur
optimum :
1.
Mesophilik
2.
Thermophilik
|
85
– 100°F
120
- 135°F
|
Nutirien
biologi yang harus dipenuhi :
1.
Nitrogen
2.
Phospor
3.
Lainya
Kondisi
anaerob (tidak ada udara)
|
|
pH
optimum
|
6,6
– 7,6
|
Tidak
mengandung bahan beracun
|
|
Sumber
: (Metclaf & Eddy,1978)
Skema pada tingkat – tingkat reaksi :
1.
Hydrolisis
Molekul yang besar dan
tersuspensi tidak dapat langsung dimetabolisme olah anaerob. Hidrolisis
bertujuan menghancurkan molekul kompel yang besar baik yang terurai maupun yang
tidak terurai ke dalam molekul kecil supaya dapat dipindah ke dalam sel
metabolisme.
2.
Acetogenesis dan
Formation
Mikroorganisme yang
sama bahwa merupakan reaksi hidrolisis menjadikan fermentasi perlahan –
perlahan pada tingkat ini. Hasil akhir dari proses ini adalah asam organik,
molekul yang lebih ringan mengandung hidrogen dan karbondioksida.
3.
Methanogensis
Pada
tahap ini terjadinya pembentukan gas methan. Skema mektan dapat dilihat pada
skema dibawah ini:
1.
Skema proses
terbentuknya metan
Hidrolisis
Fermentasi mikroorganime
4% 20%
Acetogenesis
24% 32%
28% 72%
Hidrogenophilic
methananogens Acetopilic
methanogens
Metanogenesis
Gambar 2.1
skema proses terbentuknya metan
2.3.1
Contoh-Contoh
Pengolahan Anaerobik
Pengolahan secara anaerobik Ialah pengolahan
dimana dalam proses pengolahannya tanpa membutuhkan udara. Sehingga dalam
proses ini bakteri yang berperan dalam proses pengolahan adalah baktri anaerobik, Dimana dalam proses
pengolahan secara anaerob pengolahannya relatif lama. Namun lumpur yang
dihasilkan sedikit.
Contoh – contoh proses pengolahan
anaerob :
1.
ABR
2.
Continuous flow SBR
3.
Up
flow anaerobic sludge blanket
2.3.2
Mikroba Anaerob
Mikroba yang umumya terdapat pada
anaerobik adalah : Pseudomonas, Flavobakterium, Alcaligenes, Escherichia dan
Aerobacter. Jenis mikroba ini jarak / range pHnya relatif besar. Bakteri
yang merubah asam organik menjadi gas methan dan karbondioksida adalah Methanogenic
/ Methanoformer. Ada beberapa jenis – jenis bakteri Methanogenic antara
lain: Methanobacterium, Methanobacillius, Methanococcus, Methanosarcina. Selain
itu ada juga bakteri non methanogenic yang dapat diisolasi dan dimasukan
kedalam pengolahan anaerobik antara lain: Clostidium spp,
Peptococcusbacillius, Actimomyas, Staphylococcus dan Escherichia coli.
Metabolisme pada bakteri dapat
dikelompokan sebagai heterotrophic atau autotrphic. Didalam pengolahan air
limbah biasanya heterophic sangat penting dalam kelompok karena dibutuhkan
untuk mencampur organik untuk sel karbon.
Tabel
2.3 Jenis Exothermic
Biochemical reaksi
Biochimical energi reaksi
|
Nutrisi pada bakteri
|
C6H12O6+6O2 6CO2+6H2O
|
Heterotrophic, aerobik
|
C6H12O6+6O2 3CH4+3CO2
|
Heterotrophic, anaerobic
|
2NH4++3O2 2NO2-+2H2O+4H+
|
Autotrophic, chemosynthetic, aerobik
|
5S+2H2O+6NO2- 5SO4--+3N2+4H+
|
Autotrophic, chemosynthetic, anerobik
|
Sumber : (Metclaf & Eddy,1978)
2.3.3
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Proses Anaerobik
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses air limbah secara anaerobik, yaitu
:
1.
Nutrien
Beberapa nutrien makro (C, N, P, S) dan nutrient
mikro (Mg, K, Mn, Ca) harus ada dalam reaktor anaerobic dalam konsentrasi yang
cukup sehingga tidak membatasi tingkat penguraian. Penambahan beberapa nutrien
tertentu selain nutrisi mikro seringkali diperlukan untuk mendukung pertumbuhan
dan aktifitas mikroorganisme.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah
temperature dan nilai pH.
1.
Temperatur
Temperature sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Kecepatan reaksi kimia dalam proses biologis merupakan fungsi
langsung dari temperatur. Bila temperatur menurun kecepatan reaksi akan lebih
rendah, dengan demikian penggunaan substrat oeh mikroorganisme juga akan berkurang.
Dimana temperatur sangat penting dalam mempercepatan reaksi biologis yang ada
didalam proses pengolahan air limbah. Temperatur juga memberi pengaruh terhadap
kecepatan trasnfer gas dan karekteristik pengendapan pada padatan biologis.
Tingginya efisiensi proses pengolahan anaerobik berdasarka pada temperatur
reaktor (Bogte et al, 1993; Van Haandel and Leetinga, 1994).
2.
Nilai pH
Menurut Benefield dan Randall (1980), nilai pH
optimum untuk proses anaerobik adalah (6,5-8,2). Pengaruh pertama pH pada proses
anaerobik adalah terhadap bakteri methanogen.
Nilai dan stabilitas pH sangat berpengaruh dalam
reaktor anaerobik karena tinggi kecepatan proses menthanogenesis ketika
pH nya berada pada kondisi netral (6,3 – 7,8) (Van Haandel and Leetinga,
1994).
3.
Senyawa toxic
Senyawa toxic yang dihasilkan pada pengolahan
anaerobic adalah NH3 dan H2S. Senyawa toxic ini dapat mengganggu pengolahan air
limbah secara biologis dalam reaktor,karena senyawa ini dapat mengganggu
kehidupan bakteri.
2.3.4
Kelebihan
Dan Kekurangan Pengolahan Anaerobik
Dalam pengolahan air limbah secara
anaerobik mempunyai kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan dengan proses
pengolahan lainnya. Kelebihan dan kekurangannya antara lain sebagai berikut :
A.
Kelebihan
dari proses anaerobik:
1.
Sedikitnya
energi yang digunakan.
2.
Tidak
dibutuhkan tenaga untuk aerasi.
3.
Efisiensi
removal COD tinggi untuk beban organik yang tinggi.
4.
Produksi
lumpur sedikit.
5.
Lebih
sedikit nutrien yang yang dibutuhkan.
6.
Memproduksi
gas methan, berpotensi sebagai sumber energi.
7.
Volume
reaktor yang dibutuhkan lebih kecil.
8.
Tidak
menghasilkan pencemaran udara.
B.
Kekurangan
dari proses anaerobik:
1.
Tidak
dibutuhkan tenaga untuk aerasi.
2.
Proses
start-up lebih lama untuk pembuatan
cadangan biomassa.
3.
Terkadang
diperlukan pengolahan lebih jauh dengan pengolahan aerobik untuk memenuhi
effluent yang diinginkan.
4.
Tidak
memungkinkan removal nitrogen dan fosfor.
5.
Kadang
rentan terhadap gangguan zat toxic potensial dalam memproduksi baud an gas
kerosif.
6.
Penyisihan kandungan nutrien dan patogen yang
rendah.
2.4 Anaerobic
Baffled Reactor ( ABR )
atau Reaktor Anaerob Bersekat
Anaerobic
Baffeld Reactor (ABR) dikembangkan
oleh Bachman dan McCarty pada tahun 1981. ABR adalah pengolahan biologis yang
dapat melakukan pemisahan zat padat tersuspensi dengan proses pengolahan
anaerobik. Reaktor Anaerobic Baffeld
Reactor (ABR) terdiri dari beberapa komportemen, sistem ini tidak
memerlukan pompa karena konfigurasi UASB yang vertical telah dimodifikasi
menjadi horizontal. Sehingga untuk menciptakan kondisi tersebut, dibuat baffle
yang berfungsi sebagai pengatur arah aliran dan sekaligus sebagai pengaduk
untuk meningkatkan kontak intim antara biomassa dengan air limbah yang mengalir
didalamnya.
Menurut Singgih Pranoto (2002) bahwa unit
pengolahan Anaerobic Baffeld Reactor (ABR)
ini cocok untuk banyak macam limbah cair, termasuk limbah domestic.
Efisensi removal COD dalam pengolahan antara 65%-90%, sedangkan BOD antara
70%-95%. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam desain adalah waktu
kontak yang ditunjukkan dengan kecepatan aliran ke atas. Apabila waktu
terlampau cepat maka proses penguraian tidak terjadi secara sempurna. Agar air
limbah yang masuk terdistribusi secara merata dianjurkan panjang tiap
kompertemen antara 0,5-0,6 dari tinggi komportemen.
Menurut Grobicki dan Stickey (1992)
bahwa Anaerobic Baffeld Reactor (ABR) juga tidak memerlukan granular sludge (lumpur glanular)
meskipun penggumpalannya dapat saja terjadi setiap saat. Ini merupakan
kelebihan dari ABR bila dibandingkan UASB yang membutuhkan granular sludge dalam pengoperasiannya, mengingat sulitnya
mengontrol penggumpalan dan tingginya biaya untuk granular tersebut. Penelitian
dengan skala laboraturium telah menunjukkan bahwa ABR sangat stabil dalam
kondisi menerima kejutan bahan organic dan beban hidrolik, serta tahan terhadap
kejutan waktu detensi 5,5-1 jam dalam periode waktu 2-3 jam.
Menurut Barberdan Stuckey (1999) hal yang
juga penting dari sistem Anaerobic
Baffeld Reactor (ABR) ini adalah kemampuannya dalam mengatasi perubahan
fluktuasi beban organic limbah dengan menghasilkan kualitas effluent yang relative stabil.
Menurut Polprasert (1992) bahwa Anaerobic Baffeld Reactor (ABR) dapat
digunakan untuk mengolah beberapa jenis air limbah, baik air limbah dengan
beban organik tinggi maupun beban organik rendah ataupun air limbah dengan
padatan yang tinggi. Pengolahan limbah dengan konsentrasi COD yang rendah yaitu
dengan konsentrasi 480 - 730 mg/L, efisiensi yang diperoleh tidak sebesar jika
menggunakan limbah dengan konsentrasi besar.
Dalam pengoperasiannya Anaerobic Baffeld Reactor (ABR) terdapat 3 (tiga) zona
yaitu zona Asidogenesis, methanogenesis dan
zona buffer. Pada zona asidifikasi
terjadi pada kompartemen awal reactor dimana terjadi penurunan pH. Pada zona
methanase akan terjadi pembentukan gas methan dan pada zona buffer ini
digunakan untuk mempertahankan agar proses pada reaktor dapat berjalan dengan
baik. Air limbah akan mengalir dengan aliran keatas (up flow) melalui lumpur
anerobik yang menghasilkan gas pada setiap kompartemen. Bakteri tumbuh,
mengendap dan bergerak secara horizontal dalam reactor dengan kecepatan yang
relative lambat sehingga dapat meningkatkan Cell Retetion Time (CRT) selama 100
hari pada Hidrolik Retention Time (HRT) 20 jam. Menurut McCarty dan Bchmann
(1985). Reaktor di desain dengan menggunakan beberapa seri baffle yang mendorongair limbah yang terdiri dari bahan organik
yang mengalir melalui bagian bawah dan sepanjang baffle dari inlet menuju
ke outlet. Air limbah dapat dikontakan
dengan biomassa yang aktif dalam jumlah besar dengan HRT yang relatif singkat 6
– 24 jam (Metcalf & Eddy,1978).
2.4.1
Kelebihan-kelebihan
ABR :
A.
Kontruksi:
1. Desainnya sederhana
2. Tanpa pengadukan mekanik
3. Biaya kontruksi rendah
4. Volume pori rendah
5. Reduksi Clogging
6. Biaya operasi dan pemeliharaan rendah
B.
Biomassa :